SUMENEP, Indeks Jatim – Dalam lanskap pemberdayaan perempuan modern, kecantikan tidak lagi sekedar urusan estetika visual, melainkan telah bertransformasi menjadi instrumen pemberdayaan ekonomi. Fenomena inilah yang melatarbelakangi Srikandi IKA PMII Kabupaten Sumenep saat menggelar pelatihan Makeup Artist (MUA) yang memadukan teknik profesional dengan semangat kewirausahaan di Aula Bappeda. Minggu, (21/12/2025).
Dengan berkolaborasi secara strategis antara organisasi alumni pergerakan dan industri kecantikan, Srikandi IKA PMII Sumenep secara resmi menggandeng Arinna Hidayah Skin Care dalam sebuah inisiatif edukatif yang memadukan teknik tata rias profesional dengan literasi kesehatan kulit, Barenbliss Beauty Class, serta dukungan penuh dari Diskominfo, Bappeda, Disbudporapar dan RRI Kabupaten Sumenep.
Ketua Pelaksana kegiatan, Hodaifah, menegaskan bahwa narasi yang ingin dibangun adalah inklusivitas kompetensi di tubuh organisasi. Selama ini, kader pergerakan identik dengan penguasaan ilmu sosial dan politik. Namun, melalui kegiatan ini, Srikandi IKA PMII membuktikan bahwa spektrum keahlian alumni harus jauh lebih luas, termasuk merambah pada sektor industri kreatif kecantikan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Sinergi Multisektoral dan Literasi Kosmetik
Kegiatan yang diikuti oleh 53 peserta terdiri dari kader alumni Korps PMII Putri (KOPRI) dan peserta umum ini tidak hanya mengandalkan instruktur internal. Penyelenggara menerapkan pendekatan kolaboratif dengan menghadirkan para pakar dari ekosistem kecantikan profesional, pertama, Praktisi MUA Internal yang menghadirkan Feti dan deretan alumni PMII yang telah berkecimpung di dunia rias profesional. Kedua, Mitra Industri, kolaborasi strategis dengan Arinna Hidayah Skine Care dan Ketiga, Barenbliss Beauty Class.
“Kami ingin menunjukkan bahwa alumni PMII sangat komplet. Tidak hanya kaya secara ilmu sosial, kami juga memiliki potensi besar di bidang MUA. Kehadiran instruktur dari Arinna Hidayah Skin Care dan 2 instruktur lainnya memberikan perspektif profesional yang dibutuhkan peserta untuk naik kelas” tegas Hodaifah.
Langkah ini dipandang vital sebagai upaya “transfer teknologi” dan pengetahuan, di mana peserta tidak hanya diajarkan cara memulas wajah, tetapi juga memahami kesehatan kulit serta kualitas produk secara saintifik.

Adapun yang menjadi fokus utama pelatihan ini adalah self-makeup atau kemampuan merias diri sendiri. Namun, di balik kuas dan palet warna, terdapat filosofi pemberdayaan yang lebih dalam. Hodaifah menjelaskan bahwa self-makeup adalah gerbang awal untuk membangun kepercayaan diri (self-love).
“Kami mempersiapkan jiwa-jiwa perempuan yang hadir di sini tidak hanya untuk memberdayakan diri sendiri. Kami ingin mereka mengonversi keterampilan tangan mereka menjadi karya yang bernilai ekonomi bagi wajah-wajah lainnya” ucapnya penuh optimis.
Pasca pelatihan, IKA PMII berkomitmen untuk melakukan tindak lanjut (follow-up) guna memastikan keterampilan ini tidak berhenti di ruang seremoni. Hasil karya peserta yang dinilai potensial akan dipandu untuk masuk ke pasar profesional, sehingga diharapkan muncul ekosistem MUA baru di Kabupaten Sumenep yang berasal dari akar rumput organisasi.
Melalui inisiatif ini, Srikandi IKA PMII Sumenep berhasil mengirimkan pesan kuat bahwa mencintai diri sendiri adalah langkah awal untuk mandiri secara ekonomi, dan organisasi pergerakan mampu menjadi inkubator bagi lahirnya teknopreneur di bidang estetika.
“Kita berhak mencintai diri sendiri” pesan Hodaifah.
Penulis : A. Warits
Editor : Ghauzan
















