SUMENEP, Indeks Jatim – Suasana khusyuk dan damai terasa di markas Geng Motor Cinta Shalawat (GMCS), Rabu malam (4/6/2025). Diiringi lantunan Shalawat Barzanji dan doa tahlil, para pemuda anggota GMCS berkumpul bukan untuk balapan liar atau kebut-kebutan, melainkan untuk membumikan cinta kepada Nabi Muhammad ﷺ.
Kiai Abdul Muhshi Mas’ud, pembina sekaligus penasehat GMCS, hadir langsung dalam kegiatan tersebut. Menurut beliau, GMCS hadir sebagai bentuk gerakan spiritual dan sosial untuk membangun semangat religiusitas di kalangan pemuda, khususnya para pecinta motor.
“Kami ingin menghadirkan geng motor yang berbeda. Bukan geng yang meresahkan, tapi justru menyejukkan. GMCS hadir membawa shalawat ke jalanan, bukan kegaduhan,” ujar Kiai Muhshi saat memberikan sambutan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Kegiatan ini merupakan bagian dari program rutin GMCS, yang selama ini dikenal aktif menggelar touring cinta damai, ziarah wali, baksos, kampanye cinta Rasul di media sosial, hingga santunan anak yatim. Semuanya dibingkai dengan nilai-nilai keagamaan dan kebangsaan.
“Anak muda tetap bisa tampil keren tanpa harus melanggar hukum. Dengan shalawat, cinta damai, dan aksi nyata, mereka bisa jadi penggerak perubahan,” lanjut Kiai yang juga pengasuh Pondok Pesantren Parama’an itu.
Tak hanya fokus pada kegiatan keagamaan, GMCS juga tengah mengurus legalitas organisasi ke Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham). Langkah ini dianggap penting sebagai bentuk keseriusan mereka dalam membangun komunitas yang tertib, sah secara hukum, dan siap berkolaborasi secara resmi dengan berbagai pihak.
“Legalitas ini penting agar kami punya posisi yang jelas, bisa ikut program-program formal, dan menunjukkan bahwa anak muda bisa terorganisir dan bermanfaat,” tambahnya.
Saat ini, GMCS sudah memiliki sekitar 150 anggota aktif yang tersebar di berbagai kecamatan di Kabupaten Sumenep. Bahkan, perkembangan komunitas ini mulai merambah ke Kabupaten Sampang dan sekitarnya.
“Banyak pemuda sebenarnya rindu dengan jalan kebaikan. Tinggal bagaimana kita sajikan itu dengan cara yang inspiratif dan relevan dengan dunia mereka,” tutur Kiai Muhshi.
GMCS juga menjalin kolaborasi dengan sejumlah tokoh agama, pesantren, serta komunitas lokal lainnya. Tujuannya agar kegiatan mereka bisa menjangkau lebih banyak kalangan dan membangun budaya cinta damai di kalangan anak muda.
Ikon Baru Anak Muda Madura
Dalam pandangan Kiai Muhshi, GMCS bisa menjadi ikon geng motor religius, yang kelak menginspirasi munculnya gerakan-gerakan serupa di berbagai daerah di Indonesia.
“Semoga GMCS bisa jadi pemicu lahirnya komunitas anak muda yang beradab, religius, dan membawa manfaat untuk umat dan bangsa,” pungkasnya.
Sementara itu, salah satu anggota GMCS, Masyoyon, mengaku bangga bisa menjadi bagian dari komunitas ini.
“ini bukan komunitas yang cuma kumpul, nongkrong, dan bahkan bikin ribut. Ini soal cinta kepada baginda (Red. Rasulullah). Sekarang saya tetap bisa touring, tapi sambil shalawatan dan bawa misi sosial. Rasanya sangat berbeda” ucapnya.
Dengan semangat cinta Rasul dan kegiatan yang positif, GMCS menunjukkan bahwa anak muda bisa diwarnai dengan hal-hal baik. Dan dari jalan-jalan kecil di Sumenep inilah, harapan besar itu mulai tumbuh.
Di akhir acara, ratusan anggota GMCS tampak larut dalam irama shalawat. Tidak ada suara mesin, yang terdengar hanya suara cinta kepada Rasulullah. Jalanan mungkin tetap gelap malam itu, tapi dari markas GMCS, cahaya harapan untuk masa depan anak muda Sumenep terus menyala.
Penulis : A. Warits
Editor : Ghauzan